Kamis, 16 Oktober 2014

Larutan Elektrolit dan Elektrokimia



Larutan adalah campuran homogen (serba sama) antara zat terlarut dalam zat pelarut.  Zat terlarut adalah zat yang terdispersi (tersebar secara merata) dalam zat pelarut.  Zat terlarut pada umumnya jumlahnya lebih sedikit dalam campuran tersebut.  Zat terlarut dalam bahasa inggris disebut solute. 

Larutan = Zat Pelarut + Zat Terlarut

Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua, yaitu larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
1.    Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantar arus listrik.  Ion yang bermuatan listrik positif (ion positif) disebut kation, sedangkan ion negatif disebut anion.  Peristiwa terurainya suatu larutan menjadi ion positif dan ion negatif disebut proses ionisasi.
a.    Larutan elektrolit kuat adalah zat elektrolit yang terurai sempurna dalam air menghasilkan ion-ionnya (a = 1). 
Contohnya:
-  NaCl       = Natrium klorida
-  KCl          = Kalium klorida
-  HCl         = Asam klorida
-  HNO3      = Asam nitrat
-  HBr         = Asam bromida
-  H2SO4      = Asam sulfat
-  NaOH     = Natrium hidroksida
-  HClO4      =
-  Ba(OH)2   =
b.    Larutan elektrolit lemah adalah zat elektrolit yang terurai sebagian dalam air menghasilkan ion-ionnya (a < 1). 
Contohnya:
-  CH3COOH   = Asam asetat
-  HF             = Asam fluorida
-  H2CO3        = Asam bikarbonat
-  HNO2        =
-  NH4OH      = Amonium hidroksida
-  H2O           =
-  NH3           =
2.    Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar arus listrik. Harga a untuk larutan nonelektrolit adalah 0 (a = 0). 
Contohnya:
-  (NH2)2CO    = Urea
-  CH3OH       = Metanol
-  C2H5OH      = Etanol
-  C6H12O6      = Glukosa
-  C12H22O11   = Sukrosa
-  Benzena, bensin, alkohol.
Derajat ionisasi (a) =
Contoh: Sebanyak 0,1 mol asam asetat dilarutkan dalam 1 liter air, jika 0,001 mol asam itu mengion, maka derajat ionisasinya adalah …
Jawab: a

Contoh Soal:
1.    Disediakan beberapa larutan: gula pasir, garam dapur, asam cuka, asam sulfat, alkohol, amonia, asam klorida, soda kaustik, magnesium sulfat, dan ureum.  Bagaimanakah daya hantar larutan-larutan tersebut di atas dan perubahan yang ditunjukkan oleh alat penguji?
Jawab:
NO
LARUTAN YANG DIPERKSA
PENGAMATAN
KETERANGAN
LAMPU
GELEMBUNG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gula pasir
Garam dapur
Asam cuka
Asam  sulfat
Alkohol
Amonia
Asam klorida
Soda kaustik
Magnesium sulfat
Ureum
Tidak menyala
Menyala terang
Tidak menyala
Menyala terang
Tidak menyala
Tidak menyala
Menyala terang
Menyala terang
Menyala terang
Tidak menyala
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Nonelektrolit
Elektrolit kuat
Elektrolit lemah
Elektrolit kuat
Nonelektrolit
Elektrolit lemah
Elektrolit kuat
Elektrolit kuat
Elektrolit kuat
Nonelektrolit
2.   Bagaimanakah cara membedakan larutan yang tergolong elektrolit atau nonelektrolit?
Jawab:
Hantaran listrik dalam larutan dapat ditunjukkan dengan alat penguji elektrolit.  Jika larutan dapat menghantarkan arus listrik, lampu pada rangkaian akan menyala atau adanya perubahan lain seperti munculnya gelembung, maka larutan tersebut disebut larutan elektrolit tetapi jika peristiwa di atas tidak terjadi, maka larutan tersebut disebut larutan nonelektrolit.
3.   Jika 2 mol zat A dilarutkan dalam air, tentukan besarnya derajat ionisasi bila ¾ bagian terurai menjadi ion-ion penyusunnya.
Jawab:
Mol zat mula-mula = 2 mol
Mol zat terurai = ¾ x 2 mol = 1,5 mol
Derajat ionisasi;

B. KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi larutan adalah suatu cara untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dengan banyaknya pelarut dalam suatu larutan.  Pada ilmu kimia, kepekatan suatu larutan disebut konsentrasi larutan.
a.   Persentase massa
Persentase massa adalah bagian massa salah satu komponen dalam suatu campuran yang dinyatakan dalam persen.  Misalnya campuran zat A = a gram dan zat B = b gram, maka massa campuran = (a + b) gram.  Jadi, rumus persentase massa komponen dalam campuran adalah

Jumlah persentase massa komponen dalam campuran adalah 100% sehingga untuk larutan, perumusan persentase massa menjadi
Contoh Soal:
1.   Tentukan persentase massa garam dapur dalam suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 5 gram garam dapur dalam 95 gram air!
Jawab:
Massa zat terlaut (garam dapur) = 5 gram
Massa zat pelarut (air) = 95 gram
Massa larutan = (5 + 95) gram = 100 gram
2.   Berapa persen volume minyak tanah, jika dalam 0,5 L bensin terlarut 0,05 L minyak tanah?
Jawab:
3.   Berapakah massa KOH dalam 400 Cm3 larutan KOH 30% jika massa jenis larutan 1,1 gram/Cm3?
Jawab:
Larutan KOH             = 30%
Volume KOH             = 400 Cm3
Massa jenis larutan = 1,1 gram/Cm3
Massa larutan          = volume x massa jenis = 400 Cm3 x 1,1 gram/Cm3 = 440 gram
Massa KOH              = 30% x 440 gram = 132 gram

b.   Bagian per Juta (BPJ) dan Bagian per Milyar (PPM)
Jika larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi bagian per juta dan bagian per milyar.  Satuan PPM ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 liter larutan.
BPJ massa =
BPJ volume =
PPM massa =
PPM volume =

c.    Fraksi Mol
Fraksi mol (x) adalah bagian mol suatu komponen dalam suatu campuran atau perbandingan jumlah mol zat dalam larutan dengan jumlah seluruh zat dalam larutan.
Rumus:  
Contoh:
Sebanyak 30 gram asam asetat (Mr = 60) dilarutkan dalam 45 gram air (Mr = 18), fraksi mol masing-masing zat adalah …
Jawab:
Mol asam asetat =
Mol air =
Jumlah mol total dalam larutan = (0,5 + 2,5) mol = 3 mol
Fraksi mol asam asetat =
Fraksi mol air

d.   Molaritas (M)
Molaritas atau konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol dan 1 mL larutan.
M =
Contoh:
Sebanyak 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air sehingga volume larutan menjadi 250 mL, maka komolaran larutan adalah …
Jawab: n NaOH =
M NaOH =
e.    Molalitas (m)
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut.  Misalnya: larutan gula 0,5 molal, berarti dalam setiap 1000 g air terlarut 0,5 mol gula. Molalitas tidak bergantung pada temperatur dan digunakan dalam bidang kimia,  terutama dalam sifat koligatif.
Molalitas (m) =
f.     Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan. Ekuivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu karena satuan ini dipakai untuk penyetara zat dalam reaksi.  Misalnya: untuk reaksi asam basa harus diperhatikan jumlah H+ dan OH-.  Jika mol asam Anda kalikan dengan jumlah H+ nya, maka kita akan memperoleh gram ekuivalen (grek) dari asam tersebut.  Demikian juga jika mol basa kita kalikan dengan jumlah OH- nya, maka Anda mendapatkan grek dari basa tersebut.
Contoh:
1 mol HCl      = 1 grek                               2 mol H2SO4    = 4 grek
2 mol NaOH = 1 grek                               3 mol Ca(OH)2  = 6 grek
Normalitas (N) = 
Contoh Soal:
Sebanyak 4,9 gram H2SO4 (Mr = 98) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan menjadi 400 mL, maka normalitas larutan tersebut adalah …
Jawab:
n H2SO4 =
0,1 grek = 100 mgrek
Normalitas (N) = 
Jadi, yang terbentuk adalah larutan H2SO4 0,25 N.

Soal Latihan
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a.      Larutan
b.      Zat terlarut
c.       Zat pelarut
2.      Bagaimana daya hantar listrik dari:
a.      Larutan elektrolit
b.      Larutan nonelektrolit
c.       Lelehan senyawa kovalen
d.      Lelehan senyawa ionik
3.      Bagaimana reaksi ionisasi dari:
a.      Larutan elektrolit kuat
b.      Larutan elektrolit lemah
c.       Larutan nonelektrolit
4.      Manakah yang termasuk zat elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit dari senyawa berikut:
a.      NaBr
b.      C6H12O6
c.       HNO3
d.      NH4OH
e.      Na2SO4

C.  DAYA HANTAR LISTRIK PADA ZAT
Ingat kembali materi sebelumnya. Berdasarkan daya hantarnya, zat dapat dibedakan menjadi:
˜ Elektrolit adalah zat yang dapat menghantar listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas (mengalami ionisasi).
˜ Non elektrolit adalah zat yang tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik.

D.  ELEKTROKIMIA

Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari aspek-aspek listrik pada proses kimia.
Contoh aplikasi: aki, baterai, penyepuhan logam, dan sebagainya.

Di kelas X sudah dibahas mengenai pengertian reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, pada reaksi redoks terjadi penerimaan dan pelepasan elektron (adanya transfer elektron).

Energi yang dilepaskan dari reaksi redoks dapat diubah menjadi energi listrik, sedangkan jika energi listrik dialirkan dalam larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi redoks. Reaksi redoks dapat berjalan spontan (menghasilkan energi listrik) maupun tidak spontan/ dengan bantuan (memerlukan energi listrik). Jadi pada reaksi redoks, dapat terjadi perubahan energi dari energi kimia menjadi energi listrik maupun sebaliknya.
˜ Tempat berlangsungnya perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya dinamakan sel.
˜ Sel terdiri dari dua elektroda (penghantar/kutub) dan larutan elektrolit.
˜ Elektroda dibedakan menjadi katoda (mengalami reduksi) dan anoda (mengalami oksidasi). Sel elektrokimia dapat dibedakan menjadi sel volta dan sel elektrolisis.

1.     SEL VOLTA/SEL GALVANI

Ditemukan oleh Luigi Galvani (1780) dan Alessandro Volta (1800) Ciri-ciri:
~   Mengubah energi kimia menjadi energi listrik
~   Mengalami reaksi redoks spontan menghasilkan energi listrik
~   Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif
Contoh: sel aki, baterai kering (sel Leclanche), baterai alkaline, baterai Ni-Cd, baterai kentang, dsb Beberapa sel volta dalam kehidupan sehari-hari
a.   Baterai Kering (Sel Leclanche)
Anode (-) : Logam seng (Zn) yang dipakai sebagai wadah. Katode (+) : Batang karbon (tidak aktif)
Elektrolit    : Campuran berupa pasta yang terdiri dari MnO2, NH4Cl, dan sedikit air
b.   Baterai Alkaline
Anode (-) : Logam seng (Zn) yang sama seperti baterai biasa digunakan sebagai wadah. Katode (+) : Oksida mangan (MnO2)
Elektrolit    : Kalium hidroksida (KOH)
c.    Baterai Litium Anode (-)            : Litium
Katode (+) : Oksida logam transisi/sulfida (MnO2, V6O13, TiS2)
Elektrolit      : Polimer
d.   Baterai dari bahan alam, misal dari kentang Anode (-)      : Seng (Zn)
Katode (+) : Tembaga (Cu)
Elektrolit      : Kentang
e.   Accumulator (Aki)
Anode (-)    : Lempeng logam timbal (Pb).
Katode (+) : Lempeng logam oksida timbal (PbO2) Elektrolit : Larutan asam sulfat (H2SO4) encer

Potensial Sel (Esel)
Banyaknya arus listrik yang dihasilkan dari kedua elektroda dapat ditentukan dengan menetapkan potensial elektroda (Eº) yaitu beda potensial antara anoda dan katoda. Sebagai pembanding (standar) digunakan potensial elektroda hidrogen. Potensial elektroda hidrogen standar diberi harga = 0 volt (Eº = 0 volt).
2 H+(aq) + 2 e  H2(g)         = 0 volt
Jika ada suatu zat yang lebih mudah melakukan reduksi dibanding hidrogen, maka harga potensial elektrodanya adalah positif. Jika lebih mudah melakukan oksidasi, maka potensial elektrodanya bertanda negatif.
Contoh:
Diketahui potensial reduksi Cu dan Zn:
Cu2+(aq) + 2 e   Cu(s)                      = + 0,34 V atau   Cu2+Cu = + 0,34 V (lebih mudah melakukan reduksi) Zn2+(aq) + 2 e Zn(s)                                                     = - 0,74 V              Zn2+Zn = - 0,74 V (lebih mudah melakukan oksidasi)

Catatan:
           Potensial elektroda merupakan potensial reduksi karena berkaitan dengan reaksi reduksi.
           Besarnya potensial oksidasi sama dengan potensial reduksi tetapi berlawanan tanda.

Menentukan katoda dan anoda
MENGAPA PADA BATERAI KENTANG Zn SEBAGAI ANODA DAN Cu SEBAGAI KATODA?
           Potensial elektroda Zn lebih negatif, maka Zn harus melakukan oksidasi dan bertindak sebagai anoda.
           Potensial elektroda Cu lebih positif, maka Cu mengalami reduksi dan bertindak sebagai katoda.
Maka reaksi yang terjadi:

Anoda  : Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e Katoda : Cu2+(aq) + 2 e  Cu(s)
          Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
= + 0,74 V = + 0,34 V sel = +1,10 V
*)  oksidasi, reaksi harus dibalik, tanda berlawanan









Reaksi tersebut dapat dituliskan dalam notasi sel berikut:
ZnZn2+ ∣∣ Cu2+Cu
oksidasi ∣∣ reduksi
Besarnya potensial sel ( sel) dari suatu reaksi redoks dalam sel volta merupakan total dari potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya. Dalam hal ini, hasil perhitungan potensial sel bisa positif atau bisa negatif. Jika potensial sel bertanda positif berarti reaksi dapat berlangsung, sedangkan jika potensial sel bertanda negatif berarti reaksi tidak dapat berlangsung. Ingat!! Perhitungan tidak melibatkan koefisien.

Contoh soal 1

Diketahui :     Cu2+(aq) + 2 e   Cu(s)        = + 0,34 V Ag+(aq) + 1 e   Ag(s)     = + 0,80 V
Tentukan sel dari kedua elektroda! Jawab:
E°Cu lebih negatif dari E°Ag, maka Cu mengalami oksidasi dan bertindak sebagai anoda. A: Cu(s) Cu2+(aq) + 2 e                                = - 0,34 V
K: 2 Ag+(aq) + 2 e  Ag(s)  = + 0,80 V             (Ingat!! Perhitungan tidak melibatkan koefisien)
Cu + 2 Ag+ Cu 2+ + 2 Ag      sel = + 0,46 V
atau: CuCu2+ ∣∣ Ag+Ag         sel = + 0,46 V

Contoh soal 2

Diketahui:         Ag+Ag             = + 0,80 V
Zn2+Zn               = - 0,76 V
Tentukan sel dari kedua elektroda!
Jawab:
Zn lebih negatif, mengalami oksidai (anoda) Ag lebih positif, mengalami reduksi (katoda) A: Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e                                = + 0,76 V K: Ag+(aq) + 1 e Ag(s) = + 0,80 V
ZnZn2+ ∣∣ Ag+Ag                    Esel = + 1.56 V

2.     SEL ELEKTROLISIS

Pada praktikum uji elektrolit, saat elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit, akan timbul gelembung gas dan lama kelamaan pada salah satu batang elektroda akan timbul endapan. Peristiwa tersebut menunjukkan elektrolisis. Jumlah endapan yang terjadi dapat diperkirakan dengan hukum Faraday.

Sel elektrolisis adalah tempat terjadinya peristiwa penguraian elektrolit oleh arus searah. Ciri-ciri:
~   Mengubah energi listrik menjadi energi kimia
~   Mengalami reaksi redoks tidak spontan (memerlukan energi listrik)
~   Katoda sebagi kutub negatif, anoda sebagai kutub positif
Contoh: penyepuhan logam (elektroplating), pemurnian logam, pembuatan beberapa bahan kimia Beberapa aplikasi sel elektrolisis:
1.  Penyepuhan Logam (Elektroplating)
Misalnya penyepuhan logam besi. Agar besi tahan terhadap karat maka permukaan besi sering dilapisi oleh logam yang lebih stabil, seperti seng, nikel, atau perak.
Benda yang akan dilapisi dipasang sebagai katoda dan potongan logam penyepuh dipasang sebagai anoda yang dibenamkan dalam larutan garam dari logam penyepuh dan dihubungkan dengan sumber arus searah.
Contoh: untuk melapisi sendok garpu yang terbuat dari besi dengan perak (Ag), maka garpu dipasang sebagai katoda dan logam perak dipasang sebagai anoda, dengan elektrolit larutan AgNO3.
2.  Pemurnian Logam
Logam yang kotor ditempelkan di anode dan logam murni ditempatkan di katode. Larutan yang digunakan adalah yang mempunyai kation logam tersebut.

Hukum Faraday

Pada tahun 1834 Michael Faraday menemukan fakta bahwa banyaknya perubahan kimia yang dihasilkan oleh arus listrik berbanding lurus dengan jumlah listrik yang dilewatkan.
Hukum I Faraday: Massa zat yang terjadi atau melarut selama proses elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis
     
W=                  atau    W = e . F
W           = berat zat (endapan) yang terjadi (gram)        e  = berat ekivalen (Ar/valensi)   
96.500  = tetapan Faraday i  = kuat arus (A)                  t    = waktu (detik)
F = i x t
96500

Contoh Soal 3

1.        Larutan NiSO4 (Ar = 59) dialiri arus listrik 10 A selama 1 jam. Tentukan Ni yang mengendap di katoda. Reaksi:
NiSO4(aq) Ni2+ + SO42–
Katoda        : Ni2+(aq) + 2 e Ni(s)

Diketahui    : e = Ar/valensi       *valensi menyatakan banyaknya elektron yang dilepas/diterima e = 59/2
e = 29.5 i = 10 A
t = 1 jam = 36000 detik
Ditanya       : W
Jawab          : W = e x i x t  = 29.5 x 10 A x 3600  = 11 gram 96500  96500

Contoh Soal 4

2.        Tentukan berat logam perak (Ar Ag = 108) yang diendapkan jika arus listrik sebesar 0.2 Faraday dialirkan ke dalam larutan AgNO3.
Diketahui
: F
= 0.2 F



Maka
e
: W
= Ar/ valensi
= e . F = 108 . 2 F = 21.6 gram
Ag+(aq) + e Ag(s), jadi valensi = 1






E.   KOROSI

Korosi (perkaratan) adalah teroksidasinya suatu logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan sehari-hari, besi yang teroksidasi disebut dengan karat. Reaksi pada perkaratan besi:
Anoda  : Fe(s) Fe2+(aq) + 2 e
Katoda : O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e  4 OH(aq)
Fe(s) + O2(g) + 2 H2O(l)Fe2+(aq) + 4 OH(aq)
Karat besi (Fe2O3. x H2O) merupakan oksidasi lebih lanjut dari Fe2+ dan menjadi Fe3+ dan membentuk Fe2O3 mengikat air. Faktor yang mempercepat korosi adalah kontak dengan air, tingkat keasaman, konta elektrolit, zat pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif, dan kondisi logam (kerapatan dan kekerasan permukaan).
Pencegahan terhadap korosi besi
3.     Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam lain.
4.     Proses perlindungan katoda (proteksi katodik) atau pengorbanan anoda (anodaizing)
Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katoda, bukan sebagai anoda. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang mudah teroksidasi, yaitu logam dengan potensial reduksi lebih negatif dari besi. Logam yang paling sesuai untuk proteksi katodik adalah logam magnesium (Mg). Logam Mg bertindak sebagai anoda dan akan terserang karat sampai habis, sedang besi bertindak sebagai katoda tidak mengalami korosi. Aplikasi:
           Untuk melindungi pipa air agar tidak berkarat, pada jarak tertentu pipa dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam dalam bak berisi pasir.
Untuk melindungi menara besi dari karat, kaki menara dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam di dalam tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar