Atom-atom unsur gas yang ada di
alam cenderung bergabung dengan atom unsur lain membentuk molekul atau
ion-ion. Pada penggabungan atom-atom
atau ion-ion terjadi gaya tarik-menarik yang disebut ikatan kimia. Atom-atom yang bergabung yang berubah hanya
elektronnya, sedangkan inti atom tidak mengalami perubahan.
A. Ikatan
Kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang
terjadi antaratom atau antarmolekul dengan cara sebagai berikut:
Atom yang satu melepaskan elektron, sedangkan atom yang
lain menerima elektron
Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah
satu atom
1.
Teori Kestabilan Elektron
Tujuan
pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada
pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang
terlibat
Salah satu petunjuk dalam
pembentuk ikatan kimia adalah adanya satu golongan unsur yang stabil yaitu
golongan VIII A atau golongan 18 (gas mulia)
Dalam pembentukan ikatan kimia;
atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia
Untuk gas mulia mempunyai elektron
valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu atom Helium)
PERIODE
|
UNSUR
|
NOMOR
ATOM
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
1
2
3
4
5
6
|
He
Ne
Ar
Kr
Xe
Rn
|
2
10
18
36
54
86
|
2
2
2
2
2
2
|
8
8
8
8
8
|
8
18
18
18
|
8
18
32
|
8
18
|
8
|
Kecenderungan unsur-unsur untuk
menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal
dengan istilah aturan oktet
2.
Lambang Lewis
Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel pada tahun 1916 mengemukakan teori tentang
peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia. Lambang
Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron valensinya.
Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi
(4 pasang elektron)
Lambang Lewis unsur dari golongan
lain menunjukkan adanya elektron tunggal (belum berpasangan)
1
|
Tabel Struktur
Lewis Beberapa Atom
ATOM
|
KONFIGURASI
ELEKTRON
|
ELEKTRON
VALENSI
|
STRUKTUR
LEWIS
|
11Na
|
2, 8, 1
|
1
|
|
4Be
|
2, 2
|
2
|
|
5B
|
2, 3
|
3
|
|
6C
|
2, 4
|
4
|
|
7N
|
2, 5
|
5
|
|
8O
|
2, 6
|
6
|
|
9F
|
2, 7
|
7
|
|
10Ne
|
2, 8
|
8
|
|
B. Jenis-jenis
Ikatan Kimia
Berdasarkan mekanisme pembentukan
ikatan, maka ikatan kimia dibedakan menjadi empat yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat/koordinasi, dan
ikatan logam.
1. Ikatan
Ion (Elektrovalensi)
Ikatan ion terjadi jika atom unsur
yang memiliki energi ionisasi kecil melepaskan elektron valensinya (membentuk
kation) dan atom unsur lainnya yang mempunyai afinitas elektron besar
menangkap/menerima elektron tersebut (membentuk anion). Kedua ion tersebut kemudian saling berikatan
dengan gaya elektrostatis. Ikatan ion juga dikenal sebagai Elektrovalensi atau ikatan
elektrovalen. Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur
logam, sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur nonlogam.
Contoh:
1.
Ikatan antara 11Na
dengan 17Cl adalah …
Jawab:
Konfigurasi elektronnya:
11Na : 2, 8, 1
17Cl : 2, 8, 7
Atom Na melepaskan 1 elektron valensinya sehingga
konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia.
Na ®
Na+ + e–
(2, 8, 1) (2,
8)
Atom Cl menerima 1 elektron pada kulit terluarnya
sehingga konfigurasi elekronnya sama dengan gas mulia.
Cl + e– ® Cl–
(2, 8, 7) (2,
8, 8)
2
|
xx
|
xx
|
xx
|
x.
|
–
|
Ikatan ion hanya dapat terbentuk apabila unsur-unsur yang bereaksi
mempunyai perbedaan daya tarik elektron (keeelektronegatifan) cukup besar. Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini
memungkinkan terjadinya serah-terima elektron.
2.
Ikatan antara 11Na
dengan 8O
Jawab:
Konfigurasi elektronnya:
11Na : 2, 8, 1
8O : 2, 6
Supaya mencapai oktet, maka Na harus melepaskan 1
elektron kation Na+
Na ® Na+
+ e–
(2, 8, 1) (2,
8)
Supaya mencapai oktet, maka O harus menangkap 2
elektron menjadi anion O-2
O + 2e– ® O2–
(2, 6) (2, 8)
Reaksi yang menjadi:
Na ® Na+
+ e–
O + 2e– ® O2–
+
2Na + O ®
2Na+ + O2– ®
Na2O
Senyawa
yang mempunyai ikatan ion antara lain:
Golongan alkali (I A kecuali atom
H) dengan golongan halogen (VII A)
Contoh:
NaCl, NaF, KI,
dan CsF
Golongan alkali (I A kecuali atom
H) dengan golongan oksigen (VI A)
Contoh: Na2O, Na2S, dan Rb2S
Golongan alkali tanah (II A)
dengan golongan oksigen (VI A)
Contoh:
CaO, BaO, dan MgS
Sifat-sifat
umum senyawa ionik sebagai berikut:
Titik didih dan
titik lelehnya tinggi
Keras tetapi
mudah patah
Penghantar
panas yang baik
Lelehan maupun
larutannya dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit)
3
|
Tidak larut
dalam pelarut organik (misalnya alkohol, eter, dan benzena)
2. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang
terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom
yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi
akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan
elektron (terjadi pada atom-atom nonlogam).
Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan
ikatan ion.
Atom nonlogam cenderung untuk
menerima elektron. Jika tiap-tiap atom
nonlogam berikatan maka ikatan yang terbentuk diperoleh dengan cara
mempersekutukan elektronnya, sehingga akhirnya terbentuk pasangan elektron yang
dipakai secara bersama. Pembentukan
ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut harus
sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektkron
(kecuali berjumlah 2 elektron).
Berdasarkan banyaknya pasangan
elektron yang digunakan bersama-sama untuk berikatan, maka ada tiga jenis
ikatan kovalen yaitu ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, dan
ikatan kovalen rangkap tiga.
Ikatan
Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal menggunakan satu pasang elektron
yang digunakan bersama-sama untuk berikatan.
Contoh:
1.
Ikatan yang terjadi antara atom H
dengan atom H membentuk molekul H2.
Pembahasan:
Konfigurasi elektronnya:
1H : 1
x
|
Hx +
®
Rumus struktur: H ¾
H
Rumus kimia: H2
2.
Ikatan yang terjadi antara atom H
dengan atom F membentuk molekul HF.
Pembahasan:
1H : 1
9F : 2, 7
Atom H memiliki 1 elektron valensi,
sedangkan atom F memiliki 7 elektron valensi.
Agar atom H dan F memiliki konfigurasi elektron yang stabil, maka
tiap-tiap atom memerlukan 1 elektron tambahan (sesuai dengan konfigurasi He dan
Ne). Jadi, atom H dan F masing-masing
meminjamkan satu elektronnya untuk dipakai bersama.
x
|
x
|
H + ®
Rumus struktur: H ¾
F
Rumus kimia: HF
4
|
Ikatan
Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen rangkap dua menggunakan dua pasang
elektron yang digunakan bersama-sama untuk berikatan.
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom O dengan atom O
membentuk molekul O2.
Pembahasan:
Konfigurasi elektronnya:
8O: 2, 6
Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh
konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan dua
elektron. Oleh karena itu, kedua atom O
saling meminjamkan dua elektronnya untuk dipakai bersama.
+
+ ®
Rumus Struktur: O ═ O
Rumus Kimia: O2
Ikatan
Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga
menggunakan tiga pasang elektron yang digunakan bersama-sama untuk berikatan.
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom N
dengan atom N membentuk molekul N2.
Pembahasan:
Konfigurasi elektronnya:
7N: 2, 5
Atom N memiliki 5 elektron
valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom N
memerlukan tambahan tiga pasang elektron.
Oleh karena itu, kedua atom N saling meminjamkan tiga elektronnya untuk
dipakai bersama.
+ ®
Rumus Struktur: N ≡ N
Rumus Kimia: N2
3. Ikatan
Kovalen Koordinat/Koordinasi/Semipolar
Ikatan kovalen koordinat adalah
ikatan yang terbentuk karena penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal
dari salah satu atom yang berikatan (pasangan elektron bebas), sedangkan atom
yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan yang menyatakan
ikatan koordinat digambarkan dengan tanda anak panah yang arahnya dari atom
donor menuju akseptor pasangan elektron.
Contoh:
1. Terbentuknya molekul ozon (O3)
Pembahasan:
Konfigurasi elektronnya:
8O: 2, 6
Agar semua atom O dalam molekul O3 dapat
memenuhi aturan oktet, maka salah satu ikatan O ¾O
adalah ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan lainnya adalah ikatan koordinasi.
+
+ ®
5
|
Rumus Kimia: O3
2. Terbentuknya molekul SO3
Pembahasan:
Konfigurasi elektronnya:
8O: 2, 6
16S:
2, 8, 6
+ + + ®
Rumus Struktur: O ← S → O
║
O
Rumus Kimia: SO3
4. Ikatan
Logam
Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur
logam dengan menggunakan interaksi antarelektron valensi. Unsur logam mempunyai kecenderungan untuk
menjadi ion positif karena energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai
elektron valensi kecil. Kulit terluar
unsur logam relatif kosong karena elektron valensinya berjumlah sedikit. Hal ini memungkinkan berpindahnya elektron
dari satu atom ke atom yang lain.
Elektron valensi mengalami penyebaran yang cukup berarti karena
kemudahan untuk berpindah sangat besar.
Akibat penyebaran tersebut, elektron valensi menjadi berbaur dan
menyerupai awan elektron atau lautan elektron yang membungkus ion positif di
dalam atom. Sehingga struktur logam
dapat dibayangkan sebagai pembungkusan ion-ion positif oleh awan atau lautan
elektron.
Gambar 11 Pembentukan ikatan logam
6
|
Sifat-sifat unsur logam, antara lain:
Pada suhu kamar berwujud padat,
kecuali raksa, cesium, dan fransium
Mengkilap (mempunyai kilau logam)
Dapat menghantarkan arus listrik
dan panas (bersifat konduktor)
Dapat ditempa, dipres menjadi
lempengan yang tipis dan dapat ditarik menjadi kawat.
C. Tata
Nama Senyawa
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal usul
bermacam-macam. Hal ini mendasari para
ahli Kimia untuk menentukan suatu sistem tata nama senyawa di bawah naungan
IUPAC (International Union of Pure and Appliet Chemistry). Sistem ini bertujuan untuk menyeragamkan
penamaan senyawa kimia secara internasional sehingga mudah dipelajari oleh
siapapun. Dalam pemberian tata nama
senyawa untuk senyawa sederhana, terlebih dahulu kita lakukan penggolongan
senyawa berdasarkan jumlah atom penyusunnya, senyawa biner dan senyawa terner.
Penamaan senyawa biner
Senyawa biner adalah senyawa yang disusun oleh dua jenis
unsur. Dua bentuk senyawa biner yang
pertama disusun oleh unsur logam dengan bukan logam, dan sesama unsur bukan
logam. Untuk senyawa yang disusun oleh unsur logam dengan bukan logam, berupa
logam dengan oksigen dan logam dengan hidrogen.
Penamaan untuk senyawa tersebut dilakukan dengan
menyebutkan nama logamnya dilanjutkan dengan menyebutkan unsur keduanya dan
mengubah akhirannya dengan kata ”ida”.
Contoh sederhana adalah senyawa Fe2O3 dan NaH disebut
dengan Besi oksida dan Natrium hidrida.
Untuk senyawa yang disusun oleh unsur bukan
logam dengan bukan logam, senyawa ini merupakan senyawa dengan ikatan
kovalen. Penamaan untuk senyawa biner
dari dua jenis unsur non logam adalah merangkaikan nama kedua jenis unsur dan
memberi akhiran ”ida” pada unsur
keduanya. Jika pasangan unsur yang
bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa, dapat kita bedakan dengan
menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani. Misalnya, ada senyawa berupa SO2
dan SO3, agar nama senyawa tersebut berbeda kita biasa menyebutkan
indeks 2 = di dan 3 = tri, untuk kedua senyawa tersebut. Sehingga untuk SO2: Sulfur
dioksida, dan untuk SO3 adalah Sulfur tri oksida. Bilangan yang dapat dipergunakan untuk
mengganti indeks disajikan berikut:
Indeks Nama
1 mono
2 di
3 tri
4 tetra
5 penta
6 heksa
7 hepta
7
|
9 nona
10 deka
Logam Bukan logam Senyawa
Fe
O Fe2O3
Pb
O PbO
Na
H NaH
Pb
H PbH4
Bukan Logam Bukan Logam Senyawa
C O CO2
H O PbO
N H NH3
Beberapa senyawa kadang-kadang
lebih terkenal bukan dengan nama kimianya, seperti senyawa air dalam bahasa
Inggris water, jarang sekali kita menyebutkan hidrogen oksida. Demikian pula dengan senyawa amoniak yang
memiliki nama kimia nitrogen trihidrida.
Penamaan senyawa ion
Senyawa ion merupakan senyawa yang dibentuk
oleh kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan (negatif),
sehingga senyawa bersifat netral. Kation umumnya berupa ion logam, namun
beberapa ion bukan logam seperti H+ (ion hidrogen) dan NH4+
(ion amonium). Sedang-kan anion adalah
ion bukan logam atau ion dari molekul yang disusun oleh beberapa unsur.
Senyawa ion bersifat netral, maka jumlah
muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Jika terjadi perbedaan
muatan dapat disetarakan selanjutnya diberi indeks. Perhatikan contoh senyawa yang berasal dari
ion Na+, dan Cl-, memiliki rumus molekul NaCl, karena
muatannya sama. Namun untuk senyawa yang
disusun oleh ion Ca2+ dengan Cl-, rumus
molekul menjadi CaCl2, angka 2 (dua) pada atom Cl adalah indeks yang
digunakan untuk menyetarakan muatan 2+ dari Ca. Penamaan senyawa ion dilakukan dengan
merangkaikan nama kation diikuti dengan nama anionnya. Misalnya, senyawa NaCl : Natrium klorida dan Ca(NO3)2
: Kalsium nitrat.
Dalam penamaan perlu diperhatikan muatan dari ion
logam, mengingat beberapa ion logam umumnya memiliki lebih dari satu muatan,
misalnya besi memiliki muatan 2+ dan 3+. Senyawa besi dapat memiliki rumus FeCl2
dan FeCl3 maka penamaannya dapat dilakukan dengan memberi bilangan
romawi didalam kurung dibelakang unsur logam
Kation Nama
ion
Na+ Ion natrium
Ca2+
Ion
Kalsium
NH4+ Ion amonium
Fe3+
Ion besi (III)
Anion Nama ion
Cl- Ion
klorida
S2- Ion sulfida
NO3- Ion nitrat
SO42- Ion sulfat
8
|
Kation Anion
Senyawa
Na+ S2- Na2S
Ca2+
NO3- Ca(NO3)2
Fe3+
SO42- Fe2(SO4)3
K+
PO43- K3PO4
FeCl2 : Besi (II) klorida
FeCl3 : Besi (III) klorida
Penamaan
lain untuk logam yang memiliki beberapa muatan, dilakukan dengan memberi
akhiran ‘o’ untuk logam yang bermuatan rendah dan akhiran ‘i’ untuk yang
bermuatan lebih besar. Untuk senyawa FeCl2 dan FeCl3
menjadi:
FeCl2 : Fero klorida
FeCl3 : Feri klorida
Penamaan senyawa terner
Senyawa terner adalah
senyawa yang disusun lebih dari dua unsur. Beberapa senyawa yang dapat digolongkan
sebagai senyawa terner meliputi; senyawa asam, basa dan garam. Asam adalah senyawa yang disusun oleh unsur
hidrogen dengan unsur lainnya. Ciri khas
dari asam adalah terionisasi didalam air menghasilkan ion hidrogen (H+)
atau hidronium dan sisa asam, atas dasar inilah pemberian nama asam. Penamaan asam dilakukan dengan menyebutkan nama asam yang
dirangkaikan dengan kata sisa asamnya.
Untuk senyawa basa merupakan zat yang dapat
terionisasi di dalam dan menghasilkan ion OH-
(hidroksida). Umumnya, basa merupakan
senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-
(hidroksida). Nama basa disusun dengan
merangkaikan nama kationnya yang diikuti kata hidroksida, misalnya KOH
disebut dengan Kalium hidroksida.
Garam
merupakan senyawa yang disusun oleh ion logam dan sisa asam. Garam dapat dihasilkan jika asam direaksikan
dengan basa. Penamaan garam sama dengan
penamaan basa, yaitu menyebutkan logam atau kationnya dilanjutkan dengan
menyebutkan sisa asamnya.
Penamaan senyawa ion
Rumus Nama
Senyawa
NaNO3
Natrium nitrat
Ca3(PO4)2
Kalsium fosfat
(NH4)2SO4
Amonium sulfat
FeS Besi (II) sulfita (Fero sulfita)
FeCl3
Besi (III) florida
(Feri florida)
Rumus Nama senyawa
H2S Asam sulfida
HNO3 Asam nitrat
H2SO4 Asam sulfat
H3PO4 Asam fosfat
HCl Asam klorida
HBr Asam Bromida
Rumus Nama
senyawa
KOH Kalium hidroksida
NaOH Natrium hidroksida
Ba(OH)2
Barium hidroksida
Ca(OH)2
Kalsium hidroksida
Fe(OH)3
Besi (III) hidroksida
Rumus Nama
senyawa garam
KCl Kalium klorida
9
|
Ba(NO3)2 Barium nitrat
CaCl2 Kalsium klorida
FeSO4 Besi (II) sulfat
Al2(SO4)3
Alumunium sulfat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar